Silabus & Materi: Teori Identitas, Demokrasi dan Kewarganegaraan (2021)

Identitas dan kewargaan merupakan fenomena kontemporer yang menarik sekaligus menantang untuk dipelajari secara khusus. Hal ini sebagian terbesar dikondisikan oleh perubahan multidimensi yang dialami individu, masyarakat, negara dan juga hubungan antar masyarakat dan antar-negara. Sebagai fenomena sosiologis, identitas dan kewargaan memberi karakteristik tersendiri bagi perkembangan masyarakat modern dan masyarakat posmodern yang ditandai dengan dinamika hubungan antar kelas ekonomi-politik, relasi sosial antar golongan, dan interaksi antar komunitas budaya.

Dalam perkembangan terkini, identitas dan kewargaan menarik perhatian publik dan komunitas akademik yang disebabkan oleh dua kecenderungan sosial dan politik serta kebudayaan. Yaitu, kecenderungan transnasionalisasi berkenaan dengan keberlanjutan globalisasi ekonomi dan budaya di satu sisi dan kecenderungan nasionalisasi berkenaan dengan menguatnya peran negara dalam pengaturan sosial-politik dan ekonomi di sisi yang lain. Pengalaman kontemporer menunjukkan bahwa dua kecenderungan bisa berjalan searah, bertabrakan dan saling mempengaruhi. Di dalam konteks itu, identitas dan kewargaan ikut terbentuk dan membentuk kecenderungan tersebut dalam sejumlah cara, eksperimentasi dan pengalaman yang kaya, tak terduga dan seringkali sarat konflik kekerasan, baik sebagai fenomena kehidupan sehari-hari, kehidupan masyarakat maupun negara dan antar negara.

Terhadap situasi paradoksal, yaitu konektivitas sekaligus dislokasi, sosiologi memiliki kapasitas membaca dan membedah masalah berupa teori-teori utama yang telah berkembang pesat dalam khasanah sejarah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Teori-teori tersebut memuat konsep-konsep kunci mengenai pembentukan, perubahan dan perbauran atau komplikasi identitas dan kewargaan sebagai kenyataan sosial yang dinamis dalam hubungannya dengan struktur ekonomi-politik, artikulasi politik atau keagenan dan konstruksi wacana dominasi dan resistensi. Dengan itu juga teori-teori utama bersifat historis dan kontekstual karena mencerminkan dinamika dan tantangan masyarakat dan negara dalam wilayah dan periode tertentu.

Bertolak dari kenyataan sosial terkini dan keperluan belajar teori sebagai perkakas analisis sosial, maka mata kuliah identitas dan kewargaan dibangun di atas pertimbangan bahwa identitas dan kewargaan selalu berada dalam ketegangan yang terus menerus, pertarungan antar para pihak yang melakukan identifikasi diri, masyarakat-komunitas dan negara dengan mengacu pada sejumlah matriks penting yang menjadi isu utama identitas dan kewargaan yaitu ekonomi-politik kelas, agama, suku dan ras, teritori, sejarah, dan tubuh—sebagai tubuh ekonomi, politik, digital-teknologi dan seksualitas.

Karena itu epistemologi atau cara pandang utama dalam pembelajaran teoritis ini mengacu pada kontestasi, liberasi dan emansipasi sebagai bagian dari politik pengetahuan untuk keadilan dan kesetaraan antar individu, komunitas dan antar negara-bangsa. Relasi yang timpang dalam logik inklusi maupun peniadaan relasi dalam logik ekslusi, khususnya politik kewarganegaraan, adalah fenomena terkini yang membuat studi identitas dan kewargaan memiliki panggilan etis melalui politik pengetahuan dan advokasi sosial serta advokasi kebijakan.    

Cakupan Substansi Perkuliahan

Substansi perkuliahan mencakup teori dan isu utama. Teori-teori yang diajarkan merupakan bagian integral dari analisis sosiologis terhadap identitas dan kewargaan. Teori dimaksud antara lain (1) teori ekonomi-politik dan variannya, (1) teori kritis dan variannya, (3) teori poskolonial-dekolonial dan variannya, (4) teori biopolitik dan variannya, dan (5) teori Demokrasi Radikal dan variannya. Kelima rumpun teoritis ini memiliki kaitan yang tak terpisahkan sekaligus terdapat perbedaan aksentuasi paradigmatik, mekanisme-strategi analisis dan pilihan isu kajian.

Isu-isu utama dalam kajian identitas dan kewargaan mencakup isu demokrasi dan multikulturalisme, isu kepemudaan dan masyarakat digital, isu agama dan politik kebudayaan, dan isu mobilitas global berupa kerja, ketenagakerjaan dan diaspora, dan isu gender dan seksualitas dan isu konflik dan perdamaian. Isu-isu utama ini merupakan matriks analisis atau isu paradigmatik yang menjadi kunci pembahasan identitas dan kewargaan.

Tujuan Pembelajaran

Mata kuliah Teori Identitas dan Kewargaan memiliki tujuan pembelajaran sebagai berikut:

  1. Para mahasiswa memiliki pemahaman dasar mengenai peta teori identitas dan kewargaan yang telah menjadi kekhasan dalam kajian sosiologi
  2. Para mahasiswa memiliki pemahaman mengenai teori identitas dan kewargaan, berupa konsep-konsep kunci, yang bisa membedakan sekaligus menjadi titik temu antar teori
  3. Para mahasiswa memiliki pemahaman mengenai isu-isu utama yang menjadi perhatian dari masing-masing teori identitas dan kewargaan kontemporer      
  4. Para mahasiswa memiliki kemampuan menggunakan teori identitas dan kewargaan dalam melakukan analisis kasus dan kecakapan melakukan tinjauan pustaka untuk keperluan penelitian dan penulisan paper serta terpenting keperluan penyusunan proposal tesis dan analisis kasus  

Model Pembelajaran

Pembelajaran dalam mata kuliah identitas dan kewargaan berupa presentasi materi atau ceramah, tanya-jawab untuk klarifikasi dan pendalaman, review literatur secara individual, review literatur berkelompok dan presentasi review individual/kelompok. Model pembelajaran yang beragam ini dimaksudkan untuk memfasilitasi pemahaman dan penguasaan teoritis dalam eksperimentasi kelas sebagai pembelajaran yang menubuh, terukur dan berkelanjutan.    

Tabel 14 Sesi Perkuliahan

 TopikBahasanMetodeRujukan Belajar  
1Pengantar dan Perkenalan Materi  Mengapa penting belajar teori identitas dan kewargaan?  Ceramah, Tanya-JawabSusen, 2020; Beck, 1992; Isin dan Woods, 1999; Giddens, 1995  
2Peta Teori Identitas dan Kewargaan dalam Sosiologi  Mengapa penting mengetahui peta teori identitas dan kewargaan? Apa saja isu-isu kajian yang dibahas dalam teori-teori yang dipetakan itu?    Ceramah, Tanya-JawabIsin dan Turner, 2002; Isin dan Woods, 1999; Isin dan Nielsen 2008; Ong, 1999  
3Identitas & Kewargaan dalam Analisis Ekonomi Politik I  Apa itu Analisis Ekonomi-Politik? Bagaimana Analisis Ekonomi-Politik memahami dan menjelaskan identitas dan kewargaan?  Ceramah, Tanya-JawabMarx, 2008, Marx 1976  
4Identitas & Kewargaan dalam Analisis Ekonomi Politik II  bagaimana identitas dan kewargaan mengalami perubahan dan komplikasi sebagai konsekuensi dari transformasi kapitalisme industrial menuju kapitalisme finansial?  Ceramah, Tanya-JawabNegri dan Hardt,  2000; Chossudovsky, 2003; Weber, 2005; Beck, 1992;  Standing,  2011    
5Penugasan kerja kelompok (5 kelompok belajar)   Presentasi Kelompok, Diskusi Kelas 
6Identitas & Kewargaan dalam Analisis Teori Kritis  bagaimana memahami hubungan basis material dan ideologi dalam konstruksi-kontestasi Identitas dan kewargaanBagaimana kritik ideologi terhadap identitas dibangun melalui pelacakan relasi dominasi dalam ekonomi berbasis produksi makna/industri budaya dan teknologi?    Ceramah, Tanya-JawabHorkheimer dan Theodor Adorno, 2002; Marcuse1991; Bourdieu, 1991, 1996; Baudrillard, 1981; Debord, 2002
7Identitas & Kewargaan dalam Analisis Poskolonial-Dekolonial I  Bagaimana konstruksi identitas dan kewargaan dalam masyarakat pasca kolonial dengan warisan ekonomi-politik penindasan yang terus berlangsung? Bagaimana identitas dan kewargaan dibayangkan dan diaktivasi sebagai cara bernegosiasi dengan kekuatan neokolonial?  Ceramah, Tanya-JawabDerrida, 1997; Said,  2003; Bhaba, 1994; Fanon, 1967; Dabashi,   2011; Gurminder Chambra, 2014  
8Identitas & Kewargaan dalam Analisis Poskolonial-Dekolonial II  Bagaimana konstruksi identitas dan kewargaan dalam masyarakat pasca kolonial dengan warisan ekonomi-politik penindasan yang terus berlangsung? Bagaimana identitas dan kewargaan dibayangkan dan diaktivasi sebagai cara bernegosiasi dengan kekuatan neokolonial?  Ceramah, Tanya-JawabEscobar 2008; Mamdani, 2012; Kapoor, 2008; Chatterjee, , 2004  
9Penugasan kerja kelompok (5 kelompok belajar)   Presentasi Kelompok, Diskusi Kelas 
10Identitas & Kewargaan dalam Analisis Biopolitik I  bagaimana kehidupan dan kematian menjadi basis politik identitas dan kewargaan? Bagaimana tubuh dan lingkungan hidup diperebutkan antar kekuatan yang memonopoli ekonomi-politik dan kekuatan berserakan yang menentang kuasa biopolitik neoliberal?  Ceramah, Tanya-JawabFoucoult 2008, 1982; Butler, 2009; Agamben, 1998  
11Pandemi, Teknologi dan biopolitik  bagaimana ‘krisis’ atau ‘bencana’ menjadi basis epistemologi baru bagi neoliberalisme mengonstruksi identitas dan kewargaan global dengan eksperimentasi nasional dan lokal?  Ceramah, Tanya-JawabWilliams dan Bendelow,  1998; Butler dan Athanasiou, 2013  
12Penugasan kerja kelompok (5 kelompok belajar)   Presentasi Kelompok, Diskusi Kelas 
13Identitas & Kewargaan dalam Analisis Demokrasi Radikal I  bagaimana identitas dan kewargaan dapat menjadi kekuatan demokratis yang memecahkan kebuntuan identitas dan membangun demos lintas-identitas untu keadilan dan kesetaraan?  Ceramah, Tanya-JawabLaclau, 2007 Mouffe, 2002; Shiva, 2015; Sen, 2007; Fukuyama,  2018  
14Identitas & Kewargaan dalam Analisis Demokrasi Radikal II + (Catatan penutup perkuliahan)bagaimana identitas dan kewargaan dapat menjadi kekuatan demokratis yang memecahkan kebuntuan identitas dan membangun demos lintas-identitas untu keadilan dan kesetaraan?  Ceramah, Tanya-JawabLaclau, 2007 Mouffe, 2002; Shiva, 2015; Sen, 2007; Fukuyama,  2018  

Sesi Perkuliahan


Sesi 1: Pengantar dan Perkenalan Materi


Sesi ini dimulai dengan pertanyaan penting perkuliahan: mengapa penting belajar teori identitas dan kewargaan?

Pengajar menjelaskan signifikansi atau arti penting identitas dan kewargaan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan sebagai bagian integral dari perkembangan dunia kontemporer. Ketiganya merupakan arena yang terus bergerak dan berubah, yang di dalamnya seseorang atau sekelompok orang membangun hubungan-hubungan sosial dengan melakukan identifikasi terus menerus sebagai warga masyarakat, warga negara dan warga dunia. Proses identifikasi, bisa membentuk, merawat dan juga menolak atau menentang, menghadirkan ragam identitas, tidak selalu stabil, sangat diperlukan sekaligus rentan menjadi kekerasan jika konflik tidak dikelola secara memadai.

Ditekankan bahwa perubahan sosial yang sangat cepat, seringkali tidak mudah dikendalikan dan diprediksi, membuat batas antara masyarakat, negara dan dunia menjadi kabur dan cair. Faktor-faktor kunci seperti transformasi model ekonomi, inovasi-eksperimentasi teknologi dan informasi, serta dinamika politik dan keamanan, merupakan kondisi makro-struktural bagi makin pentingnya identitas sebagai instrumen, gaya hidup, dan cara bernegosiasi dengan kecepatan perubahan yang dialaminya sebagai manusia-komunitas tiga arena. Konektivitas (connectivity) menjadi kata kunci, yang mengikat sekaligus melepas bebas seseorang atau komunitas ke dalam medan kontestasi identitas, menandai dan ditandai, dengan segala konsekuensi sosial-ekonomi, politik dan kebudayaan.     

Globalitas (globality), nationalitas (nationality) dan komunitas (community), sebagai tiga arena sekaligus dimensi identitas dan kewargaan, tidak saja dimungkinkan oleh keterhubungan tetapi juga ditentukan oleh keterputusan, ada yang terlepas, tidak sejalan atau tak tersambungkan. Kontestasi identitas, sebagai penanda dan petanda, berlangsung dalam dislokasi (dislocation), kondisi ontologi sosial yang permanen. Konektivitas mengubah konsep dan cara mengalami ruang dan waktu, termasuk cara memandang sejarah hidup, kekinian dan masa depan. Dalam dislokasi yang disebabkan konektivitas itu, aktualiasi identitas dan eksperimentasi kewargaan kolektif menjadi niscaya, untuk tetap bertahan dan terus berkembang, dalam sistem rekognisi dan distribusi berbasis komunitas, nasional dan transnasional. Pengalaman dislokasi kemudian menjadi basis inklusi dan ekslusi dalam politik kewargaan dan khususnya kewarganegaraan kontemporer.

Diskusi Kelas, Tanya-Jawab 

Para mahasiswa diminta menyampaikan alasan atau motivasinya belajar teori identitas dan kewargaan, termasuk apa saja harapannya dari pembelajaran mata kuliah ini. Assement kelas ini bertujuan untuk (1) mendapatkan gambaran pengalaman dan pengetahuan awal para mahasiswa dengan latar belakang akademik dan latar belakang sosial yang berbeda-beda; (2) para mahasiswa saling mengetahui pengalaman dan harapan satu sama lain sebagai basis pembelajaran kolegial mereka di dalam di luar kelas, dan (3) pengampu/tim pengajar mendapatkan input untuk mengintegrasikan atau menyajikan materi-materi perkuliahan dengan cara yang lebih efektif bagi kegiatan pembelajaran masing-masing mahasiswa, termasuk kebutuhan khusus rencana riset proposal tesis.       

Presentasi Silabus

Pengajar menyampaikan materi-materi dalam 13 sesi berikutnya. Terdapat 4 rumpun teori: Analisis Ekonomi-Politik, Analisis Teori Kritis, Analisis Biopolitik dan Analisis Demokrasi Radikal. Ditegaskan pula bahwa rumpun-rumpun teori ini berguna sebagai basis pengembangan teoritis/kerangka berpikir lebih lanjut dalam 4 mata kuliah yang terintegrasi dalam klaster Identitas dan Kewargaan.  Disampaikan juga metode belajar mengajar menggunakan Metode Ceramah/Presentasi Materi, Tanya-Jawab, Penugasan Individual dan Kelompok, Presentasi Kelompok dan Diskusi antar-Kelompok.  (Pemaparan mengacu pada silabus)

Referensi Pembelajaran  

Simon Susen, Sociology in the Twenty First Century: Key Trends, Debates and Challenges. London: Palgrave Macmiilan, 2020. (gambaran tentang kajian-kajian dan isu utama dalam sosiologi kontemporer yang berimplikasi pada pentingnya identitas dan kewargaan—globalitas, modernitas dan intimasi, konektivitas)   

Ulrich Beck, Risk Society: Towards a New Modernity. London: Sage Publication, 1992. (penekanan tentang pentingnya identitas dan kewargaan sebagai respon terhadap masalah dan tantangan yang muncul dalam Masyarakat Resiko)  

Engin F. Isin dan Patricia K. Woods, Citizenship and Identity. London: Sage Publication, 1999. (gambaran awal tentang model-model aktualisasi identitas dan kewarganegaraan dalam masyarakat kontemporer, mulai dari ekonomi-politik tubuh sampai kewarganegaraan global dari berbagai isu utama) 

 Anthony Giddens, Politics, Sociology and Social Theory. Encounters with Classical and Contemporary Social Thought. Stanford: Standford University Press, 1995


Sesi 2: Peta Teori Identitas dan Kewargaan dalam Sosiologi   


Sesi ini dibuka dengan pertanyaan pokok: mengapa penting mengetahui peta teori identitas dan kewargaan? Apa saja isu-isu kajian yang dibahas dalam teori-teori yang dipetakan itu?

Pengajar memberikan gambaran besar peta teori identitas dan kewargaan yang diajarkan. Mencakup Analisis Ekonomi-Politik, Analisis Teori Kritis, Analisis Biopolitik dan Analisis Demokrasi Radikal. Ditekankan bahwa keempat rumpun teoritis ini adalah bagian dari teori-teori utama sosiologi, baik teori modern-strukturali maupun teori posmodern-postrukturalis. Bahwa teori-teori utama dalam sosiologi secara langsung membahas identitas dan kewargaan yang terbentuk dalam relasi sosial-politik, ekonomi dan kebudayaan.

Pemetaan teori identitas dan kewargaan bisa dipresentasikan melalui tabel atau gambar yang memudahkan mahasiswa melihat posisi teori dan hubungan antar teori tersebut sekaligus disampaikan isu-isu identitas yang menjadi topik sentral dari masing-masing teori sebagaimana mengemuka dalam kajian umum sosiologi global—mengacu pada topik-topik jurnal dan publikasi buku-buku panduan teoritis. Dengan cara ini mahasiswa secara bertahap diajak masuk ke dalam medan kajian sosiologi global dan kajian sosiologi di Indonesia. 

Dalam pemetaan ini diberi gambaran cepat mengenai pendasaran konseptual utama dari keempat rumpun teori dan konsekuensi pembahasan mengenai identitas dan kewargaan.  (1) Analisis Ekonomi-Politik fokus pada kelas ekonomi dan politik, relasi antar kelas dan perjuangan kelas, (2) Analisis Teori Kritis fokus pada hubungan antara ekonomi-politik dan ideologi, atau antara basis material dan simbolisasi/pemaknaan, (3) Analisis Poskolonial-Dekolonial fokus pada pengalaman artikulasi identitas masyarakat pasca kolonial dengan tekanan pada sejarah (de)kolonisasi, (4) Analisis Biopolitik fokus pada proses sistemik neoliberalisasi dan produksi/resistensi identitas berbasis kehidupan dan kematian, dan (4) Analisis Demokrasi Radikal memusatkan perhatian pada agensi dari politik identitas dan kewargaan sebagai respon terhadap (in)determinasi struktur yang menindas sekaligus memberi ruang liberasi dan emansipasi.     

Tanya-Jawab

Para mahasiswa diminta berpendapat mengenai peta teori dan isu utama. Akan lebih efektif jikalau mahasiswa menjelaskan atau berpendapat menggunakan pengalaman belajar atau pengalaman hidupnya sendiri atau komunitas dari mana dia berasal.   

Sesi ini ditutup dengan penegasan tentang pentingnya peta teori. Ditegaskan kembali teori-teori kunci yang diajarkan, konteks kemunculannya atau sejarah teori, wilayah kajian dan isu-isu utama yang menjadi karakteristik metodologis dari analisis teoritis tersebut. Peta teori ini sangat penting untuk mengajak mahasiswa menengok pengalaman masyarakat dan komunitas di berbagai negara dan kawasan. 

Refensi Pembelajaran

Engin F. Isin dan Bryan Turner (eds), Handbook of Citizenship Studies. London: Sage Publication,  2002

Engin F. Isin dan Patricia K. Woods, Citizenship and Identity. London: Sage Publication, 1999

Engin F. Isin dan Greg M. Nielsen (eds), Acts of Citizenship.  New York: Zed Books, 2008   

Aihwa Ong, Flexible Citizenship, Cultural Logics of Transnationality. London: Duke University Press,1999

Sesi 3: Identitas & Kewargaan dalam Analisis Ekonomi Politik I

Sesi ini dibuka dengan pertanyaan:  Apa itu Analisis Ekonomi-Politik? Bagaimana Analisis Ekonomi-Politik memahami dan menjelaskan identitas dan kewargaan?

Para mahasiswa diperkenalkan dengan Analisis Ekonomi-Politik sebagai salah satu pendekatan utama dalam membahas identitas dan konstruksi-kontestasi kewargaan. Dimulai dari teori kelas dan perjuangan kelas Marx sampai pada transformasi teori kelas kontemporer dalam kajian masyarakat kapitalisme lanjut, masyarakat ekonomi finansial dan ekonomi digital terkini. Ditekankan bahwa analisis kelas mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kapitalisme dan pemahaman mengenai identitas dan kewargaan berbasis kelas ikut berubah atau bergeser.

Intisari teoritis dalam analisis ini adalah bahwa identitas terbentuk dalam hubungan antara struktur dan agen dengan perhatian pada faktor ekonomi dan politik kelas. Termasuk di dalamnya relasi dominasi dan counter dominasi dalam arena pertarungan antar kelas, baik di ruang kerja produksi, distribusi, konsumsi sampai pada kebijakan negara dan kebijakan internasional. Konstruksi identitas dan aktualisasinya menempatkan komunitas pekerja, pemilik modal dan negara dalam ketegangan terus menerus, termasuk politik kelas merebut arena negara dalam pembuatan kebijakan sampai pada konstruksi identitas politik negara-bangsa berbasis proyek hegemoni kelas tertentu.

Untuk memudahkan mahasiswa memahami analisis ini, ilustrasi tentang konstruksi nasionalisme ekonomi Indonesia selain negara-negara Asia Tenggara, negara-negara Eropa dan Amerika Latin, dapat dibahas secara singkat. Sama halnya ilustrasi dari pengalaman konstruksi identitas daerah otonom, kabupaten atau provinsi dari mana mahasiswa berasal, menarik untuk dijadikan contoh pembahasan. Lalu terpenting ilustrasi mengenai identitas kelas ekonomi dan aktualisasinya yang dialami atau yang menjadi pengalaman hidup mahasiswa, keluarga atau komunitas mereka.    

Tanya-Jawab  

Para mahasiswa diminta menerangkan kembali analisis kelas dan juga diminta menggunakan pengalaman pribadi dan komunitasnya sebagai ilustrasi pembahasan mengenai identitas kelas. Tujuannya untuk membiasakan analisis kelas sebagai sesuai yang dapat membaca diri mereka sebagai bagian dari kelas ekonomi dan politik tertentu yang nantinya dapat memudahkan mereka melakukan analisis identitas berbasis kelas dalam unit kajian yang lebih besar dan beragam. 

Dalam rangka menghantar pembahasan pada sesi berikutnya, ditekankan kembali konsep-konsep kunci dalam analisis kelas seperti kerja produktif, alienasi dan kesadaran palsu. Ketiga konsep ini sangat mendasar bagi konstruksi identitas dan aktualisasi kewarganegaraaan dalam kapitalisme modern.  Sekaligus sebagai fundasi perkembangan analisis identitas kelas dalam sosiologi modern dan posmodern, khususnya problematik identitas dalam analisis masyarakat produksi sampai analisis masyarakat konsumsi.    

Refensi Pembelajaran

Karl Marx, The Communist Manifesto. London: Pluto Press, 2008  

Karl Marx, Das Capital Vol I. Middlesex: Penguin Books, 1976

Sesi 4: Identitas & Kewargaan dalam Analisis Ekonomi Politik II

Sesi ini diawali dengan pertanyaan lanjutan sesi 3: bagaimana identitas dan kewargaan mengalami perubahan dan komplikasi sebagai konsekuensi dari transformasi kapitalisme industrial menuju kapitalisme finansial?  

Dalam sesi ini, pengajar membahas problematik identitas dan kewargaan sebagai konsekuensi dari transformasi kapitalisme.  Marx membahas kapitalisme industrial sementara kalangan Marxist dan Post-Marxist kontemporer membahas perubahan struktur relasi kelas berpengaruh secara langsung terhadap konstruksi identitas dan kewarganegaraan berbasis kelas. Selain karena ekonomi industrial semakin kompleks dan relasi kerja bervariasi, finansialisasi dan digitalisasi ekonomi menghadirkan karakteristik kelas yang tidak tunggal, peluang mobilitas kelas, globalisasi modal dan investasi serta makin sentralnya ekonomi jasa.

Analisis Ekonomi-Politik kemudian memeriksa konstruksi identitas kelas tidak sepenuhnya berbasis produksi tetapi masuk ke dalam fenomena konsumsi sebagai medan konstruksi -identitas dan kewargaan. Hal ini terkait dengan neoliberalisasi ekonomi seperti deregulasi dan privatisasi yang membuat kelas pekerja semakin rentan sekaligus kreatif mencari basis eksistensial kolektif yang melampaui relasi produksi. Dalam dinamika transformasi ini, isu agama, gender, rasisme dan kaum muda menjadi isu-isu penting dalam masyarakat kapitalisme finansial dan ekonomi jasa berdimensi transnasional.  

Ditekankan bahwa pengalaman dislokasi semakin niscaya dengan konsekuensi pencarian identitas dan konstestasinya menjadi semakin terbuka. Sosiologi posmodern lahir sebagai respon terhadap fenomena ini. Identitas tidak lagi sepenuhnya berpusat pada produksi ekonomi tetapi semakin gencar berlangsung dalam medan konsumsi dalam mana kapitalisme lanjut menjadikan sebagai basis produksi atau investasi makna—kenikmatan, kebahagian dan kesejahteraan. Parameter untuk mengukur identitas dan kewargaan bergeser dan bertambah kompleks sekaligus memberi tantangan tersendiri bagi advokasi perjuangan kelas dalam arena negara yang semakin dikendalikan oleh integrasi arus modal nasional-transnasional.

Relasi produksi dan konsumsi mulai beroperasi melalui tubuh dengan segala pertarungan modal dan pencarian keuntungan di dalam ekonomi hasrat ini. Konstruksi tentang komunitas tidak lagi terkunci dalam pabrik dan perusahaan tetapi melebar ke dalam konstruksi komunitas berbasis gaya hidup, orientasi politik berbasis suku, rasa dan agama, dan orientasi seksual, termasuk aktualisasi identitas berbasis desa dan kota, atau keadatan sebagaimana tercermin dalam politik indigenitas sebagai respon terhadap penetrasi investasi sumber daya alam dan pariwisata budaya.        

Tanya-Jawab

Para mahasiswa diberi kesempatan menerangkan kembali materi atau poin-poin yang membutuhkan klarifikasi, termasuk diminta menjelaskan identitas dan kewargaan dengan menggunakan analisis ini. Diskusi dan tanya-jawab dengan ilustrasi sangat membantu mahasiswa berpikir analitis dan memahami perubahan konstruksi identitas dan kewargaan, baik yang dialaminya maupun dialami keluarga dan masyarakat dari mana mereka berasal.    

Sesi ini ditutup dengan memberikan penugasan kelompok, berupa review literatur atau review clip video yang berkaitan dengan materi. Mahasiswa dibagi ke dalam 5 kelompok belajar dengan mempertimbangkan variasi daerah asal, latar belakang strata 1 dan pertimbangan komposisi pria dan wanita.

Referensi Pembelajaran

  1. Antonio Negri dan Michael Hardt, Empire. Cambridge: Harvard University Press, 2000 (memberi informasi mendasar mengenai transformasi kapitalisme yang beroperasi melalui kekuatan transnasional atau kuasa imperial dan mengubah karakterisitik negara sebagai arena pertarungan identitas dan konstruksi kewargaan dalam orde imperial. Dilanjutkan dengan pembahasan mengenai multitude atau ragam identitas dan perlawanan dalam sesi berikutnya)
  • Michel Chossudovsky, The Globalization of Poverty and the New World Order. Quebec: Global Research, 2003. (Memberi informasi detil mengenai cara kerja kekuatan imperial dalam berbagai sektor ekonomi dan di berbagai kawasan, membentuk kelompok rentan serta politik perlawanan multifront) 
  • Max Weber, Protestan Ethic and the Spirit of Capitalism. London: Routledge, 2005. (memberi pendasaran teoritis mengenai konstruksi identitas dan kewargaan yang dipengaruhi oleh gagasan dan nilai kebudayaan, menempatkan nilai budaya sebagai setara dengan nilai ekonomi dalam konstruksi-kontestasi identitas)     
  • Ulrich Beck, Risk Society: Towards a New Modernity. London: Sage Publication, 1992 (menerangkan konstruksi identitas dan kewargaan sebagai konsekuensi atau respon terhadap problematik distribusi kesejahteraan dan distribusi resiko, dialami individu dan masyarakat; konstruksi identitas terbentuk dalam matriks resiko-resiko ekonomi dan politik pengetahuan)    
  • Guy Standing, The Precariat: The New Dangerous Class. London: Bloomsbury Academic, 2011

Sesi 5: Penugasan kerja kelompok

Mahasiswa melakukan review literatur secara berkelompok selama seminggu dan dipresentasikan dalam ruang kelas. Diskusi presentasi bersifat argumentatif untuk pendalaman dan penajaman analisis. Pengampu mata kuliah memfasilitasi diskusi dan memberi konklusi mengacu kepada poin-poin penting analisis ekonomi-politik yang telah didiskusikan.    

Sesi 6: Identitas & Kewargaan dalam Analisis Teori Kritis

Sesi ini dikunci dengan pertanyaan pokok: bagaimana memahami hubungan basis material dan ideologi dalam konstruksi-kontestasi Identitas dan kewargaanBagaimana kritik ideologi terhadap identitas dibangun melalui pelacakan relasi dominasi dalam ekonomi berbasis produksi makna/industri budaya dan teknologi?  

Sesi ini  memperkenalkan analisis identitas dan kewargaan dari tradisi berpikir teori kritis dari tradisi Mazhab Frankfurt seperti Adorno, Marcuse dan Eric Fromm dan tradisi teori sosiologi kritis Perancis seperti Pierre Bourdieu dan Baudrillard. Kendati kedua tradisi ini bertolak dari premis yang berbeda, keduanya memandang pentingnya hubungan antara basis material dan ideologi, dalam relasi yang bersifat konstitutif, terhadap konstruksi identitas dan kewargaan dalam masyarakat modern dan posmodern. Kedua tradisi ini juga bertolak dari analisis ekonomi-politik Marxian dengan memberi penekanan baru, yaitu pentingnya fenomenologi dan hermeneutika sebagai perkakas analisis yang bersifat kritis—kritik Ideologi.    

Intisari pembelajaran dalam sesi ini adalah ideologi dan basis material ekonomi-politik saling mempengaruhi dalam membentuk identitas dan kewargaan modern dan posmodern, pada tingkat individu, masyarakat-komunitas dan negara. Ideologi yang membentuk identitas dan kewargaan selalu berlangsung melalui eksperimentasi ekonomi-politik, membentuk pilihan politik, orientasi ekonomi dan sikap kebudayaan individu dan komunitas. Di dalamnya tercakup diskusi etis mengenai liberasi dan emansipasi dalam sistem kehidupan yang semakin totalitarian sekaligus terbedakan satu dengan yang lain.

Tanya Jawab

Para mahasiswa diberi kesempatan bertanya dan berpendapat mengenai hubungan antara basis material dan ideologi dalam konstruksi-kontestasi identitas dan kewargaan. 

Pelajaran penting dari Analisis Teori Kritis adalah bahwa para mahasiswa mulai tidak membedakan pikiran dan tindakan, menghindarkan mereka dari cara berpikir esensial ttg identitas seperti pikiran mendahului tindakan, atau ekonomi sebagai basis material lebih menentukan dari politik dan kebudayaan. Dengan itu Analisis Teori Kritis memberi mereka bekal atau pendasaran berpikir yang nantinya memudahkan mereka memahami konseptualisasi agensi dalam Analisis Poskolonial-Dekolonial dari tradisi Postrukturalis. . 

Referensi Pembelajaran 

  1. Max Horkheimer dan Theodor Adorno, Dialectic of Engligtenmnent. Stanford: Stanford University Press, 2002. (memberi pendasaran mengenai problematik identitas dan kewargaan masyarakat modern yang tersituasikan dalam dialektika negatif modernitas yang dipengaruhi teknologisasi dan rasionalisasi kehidupan)
  • Herbert Marcuse,  One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society. Beacon Press, 1991. (membahas masalah identitas dan kewargaan dalam konteks masyarakat industrial lanjut dengan determinasi teknologi dan informasi)
  • Pierer Bourdieu, Language and Symbolic Power. Cambridge: Polity Press, 1991. (menekankan bagaimana konstruksi identitas dan kewargaan berlangsung melalui pengerahan modal ekonomi, modal budaya dan modal politik—power differential  dan relasi kuasa tidak terlepas dari perpaduan jenis modal ini)   
  • Pierre Bourdieu. Distinction. A Social Critique of the Judgement of Taste. New York: Routledge, 1996 (Menekankan konstruksi-kontestasi kelas dalam rutinisasi gaya hidup sebagai pembeda, dalam mana praktek yang dilabelkan sebagai budaya menopang atau mereproduksi identitas kelas ekonomi-politik) 
  • Jean Baudrillard, For a Critique of the Political Economy of the Sign. St. Louis: Telos Press, 1981. (Menekankan transformasi nilai ekonomi ke nilai kebudayaan, dari nilai guna sampai simulakrum yang sekaligus membentuk relasi sosial manusia dan konstruksi-kontestasi identitas sebagai individu dan komunitas)  
  • Guy Debord, Society of Spectacle. London: Rebel Press, 2002. (memberi perhatian khusus pada masalah dan tantangan identitas dan kewargaan yang tersituasikan oleh menguatnya monopoli informasi dan propaganda dari pengendali ekonomi jasa atau industri budaya)    

Sesi 7: Identitas & Kewargaan dalam Analisis Poskolonial-Dekolonial I

Sesi ini dikunci dengan pertanyaan pokok: bagaimana konstruksi identitas dan kewargaan dalam masyarakat pasca kolonial dengan warisan ekonomi-politik penindasan yang terus berlangsung? Bagaimana identitas dan kewargaan dibayangkan dan diaktivasi sebagai cara bernegosiasi dengan kekuatan neokolonial?

Sesi ini memperkenalkan kepada mahasiswa Analisis Poskolonial dan Analisis Dekolonial atas identitas dan kewargaan. Konsep-konsep kunci dalam analisis ini mencakup problematisasi identitas, relasi-kuasa dan konstruksi wacana—sebagai praksis ideologi. Identitas dan proses identifikasi selalu berlangsung dalam wacana yang diproduksi dan dikontestasi dalam ruang dan waktu tertentu. Hal ini mencerminkan epistemologi dasar dalam paradigma berpikir tradisi Postrukturalis, yaitu kritik radikal terhadap bahasa sebagai proses esensialiasi atau penghakikat realitas—identitas.   

Analisis Poskolonial mengacu pada pengalaman masyarakat pascakolonial di Asia dan Afrika sebagai kelanjutan dari analisis Orientalisme. Sementara Analisis Dekolonial mengacu pada pengalaman pascakolonial di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, sebagai kelanjutan dari analisis kelas Teori Ketergantungan. Dalam dua analisis ini, identitas dan politik kewargaan, menjadi bagian dari satu atau lebih identitas, tidak semata ditentukan oleh relasi kelas ekonomi dan dominasi politik tetapi hasil relatif dari negosiasi kepentingan yang mengerahkan sejumlah penanda seperti etnis, ras, teritori atau agama sebagai penanda politik kolektif, dalam berbagai arena eksperimentasi gerakan, tingkat lokal, nasional maupun internasional seperti solidaritas global.    

Tanya-Jawab

Para mahasiswa diberi kesempatan bertanya dan menjelaskan pengamatan mereka mengenai fenomena poskolonial-dekolonial dengan menggunakan ilustrasi pengalaman pribadi, keluarga atau komunitasnya. Juga diajak mendiskusikan pengalaman Indonesia sebagai masyarakat poskolonial, termasuk pengalaman resistensi masyarakat adat, masyarakat terdampak di sekitar wilayah investasi SDA, pengalaman masyarakat Papua dan pengalaman masyarakat Aceh.        

Referensi Pembelajaran  (Sesi 7 & 8)

  1. Jacques Derrida, Of Grammatology. Baltimore: The John Hopkins University Press, 1997. (Identitas terbentuk sebagai proses penandaan dalam politik bahasa semiologis yang memproduksi binari Barat/Timur, Modern/Primordial, Relijius/Sekuler, dst; menegaskan ketidaksabilan identitas dalam relasi penandaan) 
  • Edward Said, Orientalism. London: Penguin Books, 2003. (Identitas sebagai konstruksi politik kelompok yang lebih dominan secara ekonomi, politik dan militer dengan memproduksi narasi besar, stigma atau pelabelan kultural terhadap kelompok yang dikuasai, menyembunyikan rasisme yang menopang kolonialisme dan neokolonialisme—pengalaman masyarakat moslem Timur Tengah dan Afrika Utara) 
  • Homi Bhaba, Location of Culture. London: Routledge, 1994. (identitas dan kewargaan sebagai bagian dari negosiasi terus menerus dari kelomppok yang mengalami dominasi ekonomi-politik sekaligus sebagai mimicry, tiruan yang ironis dan jenaka, sebagai kritik terhadap kekosongan pusat makna dari kelompok yang berkuasa)
  • Franz  Fanon, Black Skin, White Mask. London: Pluto Press, 1967; Lihat juga, Hamid Dabashi, Brown Skin, White Mask. London: Pluto Press,  2011. (identitas dan kewargaan yang dibangun dalam identifikasi rasial, dikonstruksi kuasa kolonial-neokolonial dan direproduksi atau ditubuhkan oleh kelompok yang dikuasai—pengalaman masyarakat Afrika dan Masyarakat Moslem Asia) 
  • Gurminder Chambra, Postcolonial and Decolonial Dialoque, 2014. (perbandingan, kesamaan analisis dan perbedaan perhatian pada isu kajian antara Analisis Poskolonial dan Analisis Dekolonial) 

Sesi 8: Identitas & Kewargaan dalam Analisis Poskolonial-Dekolonial II

Sesi ini melanjutkan pembahasan sesi sebelumnya, mempelajari secara lebih mendalam konsep-konsep kunci dalam analisis poskolonial-dekolonial. Antara lain konsep tentang semiologi, difference/differance, contingency, subalternity dan hybridity-mimicry. Konsep-konsep ini menjadi basis analisis tentang konstruksi identitas dan kontestasinya dalam rezim ekonomi dan politik berbasis tubuh seksual, gender, ras, teritori dan agama.

Pemahaman yang memadai terhadap konsep-konsep kunci tersebut menjadi prasyarat penting bagi mahasiswa untuk mempelajari lebih lanjut isu-isu kajian Poskolonial-Dekolonial yang beragam. Kedua analisis ini dikenal sebagai kritik terhadap ideologi kekuasaan, sekaligus advokasi terhadap politik identitas yang melakukan negosiasi terus menerus dalam parameter rekognisi dan distribusi, di dalam dan di luar rezim penandaan yang dominan.     

Tanya-Jawab

Para mahasiswa diberi kesempatan memperdalam pemahaman berupa pertanyaan dan pendapat. Diharapkan tanya jawab dan diskusi menggunakan ilustrasi kasus sebagai pintu masuk menggunakan Analisis Poskolonial-Dekolonial.   

Untuk memperkuat pemahaman, mahasiswa ditugaskan membuat review literatur atau review clip video secara berkelompok selama seminggu dan dipresentasikan pada sesi berikutnya.

Bahan Pembelajaran  (idem)

Arturo Escobar, Territories of Difference: Place, Movement, Life, Redes. London: Duke University Press, 2008. (menerangkan bagaimana konstruksi identitas dan kewargaan dalam konteks pengalaman dekolonial masyarakat Amerika Latin, yang menjadikan bumi dan lingkungan kehidupan sebagai matriks kewargaan baru, berbeda dari matriks politik ekologi neoliberal yang menyembunyikan kontradiksi sistemik dari proses eksploitasi dan penundukan melalui negara)  

Mahmood Mamdani, Define and Rule. Native as Political Identity. Cambridge: Harvard University Press, 2012. (menerangkan cara kerja kuasa kolonial dan pasca kolonial membentuk identitas dan kewargaan dengan logik define and rule, mengondisikan munculnya ragam identitas yang dipisah-pisahkan, diberi otonomi relatif, agar bisa ditaklukan, terus dikontrol dan tak bisa bersatu untuk melakukan counter-hegemony)      

Lihat juga, Ilan Kapoor, Postcolonial Politics of Development. New York: Routledge, 2008; dan Partha Chatterjee, The Politics of the Governed. Reflections on Popular Politics in Most of the World. New York: Columbia University Press, 2004 

Sesi 9: Presentasi Hasil Review Literatur & Diskusi kelompok

Hasil review literatur atau review clip video mencakup presentasi hasil analisis atau penjabaran analisis terhadap isi artikel, chapter buku atau clip video yang dipelajari secara berkelompok. Tujuan utama dari metode ini adalah para mahasiswa bisa bersama-sama belajar menggunakan konsep-konsep kunci dari Analisis Poskolonial-Dekolonial. Dengan cara ini juga para mahasiswa semakin memahami bahwa analisis Poskolonial-Dekolonial bisa dipakai untuk mengkaji sejumlah isu identitas dan kewargaan yang tidak terpikirkan atau belum dipelajari sebelumnya dengan menggunakan analisis ini. 

Sesi 10: Identitas & Kewargaan dalam Analisis Biopolitik I   

Sesi ini dikunci dengan pertanyaan pokok: bagaimana kehidupan dan kematian menjadi basis politik identitas dan kewargaan? Bagaimana tubuh dan lingkungan hidup diperebutkan antar kekuatan yang memonopoli ekonomi-politik dan kekuatan berserakan yang menentang kuasa biopolitik neoliberal

Analisis Biopolitik diperkenalkan kepada mahasiswa sebagai salah satu analisis terkini mengenai identitas dan kewargaan dalam konteks neoliberalisasi multisektoral. Asumsi atau premis dasar di balik analisis ini adalah bahwa proyek identifikasi diri atau kelompok dalam rezim ekonomi-politik neoliberal kontemporer berkisar pada kehidupan dan kematian sebagai basis perjuangan politik dari berbagai kelompok, baik sebagai warga komunitas, warga negara maupun warga global.

Di satu sisi sistem ekonomi-politik neoliberal, melalui negara atau kekuatan transnasional, melakukan monopoli metanarasi tentang apa itu kehidupan dengan memproduksi narasi tentang keberlanjutan, kesejahteraan, kebebasan dan keamanan, sementara di sisi lain, mengemuka semakin banyak perlawanan berupa negosiasi dan konfrontasi dari berbagai kelompok terdampak dengan narasi-narasi alternatif. Dalam Analisis Biopolitik, kedua kecenderungan politik identifikasi ini bergerak dari kepentingan ekonomi-politik tetapi lebih jauh menggunakan kehidupan dan kematian sebagai parameter baru, baik untuk perluasan dominasi maupun sebagai penanda politik menentang dominasi tersebut.

Untuk memahami dan mengoperasikan Analisis Biopolitik, para mahasiswa diajak mempelajari konsep-konsep kunci seperti Homo Sacer sebagai konsep manusia paradoksal, kehidupan yang telanjang atau Bare Life yang bisa diperlakukan semena-mena oleh kekuasaan yang mengubah keabnormalan menjadi normalitas.  Juga terpenting konsep tentang resiliensi dan prekariasi  dalam orde neoliberal, dan konsep prekaritas yang mendefenisikan manusia dan identitasnya dalam epistemologi kebijakan berbasis krisis yang permanen. Dengan konsep-konsep tersebut, analisis ini menghantar para mahasiswa kepada cara kerja kekuasaan merumuskan masalah manusia, masyarakat dan negara sekaligus membangun mekanisme inklusi dan eksklusi terhadap proses identifikasi dan cara menjadi warga yang tidak masuk dalam register biopolitik neoliberal.

Tanya Jawab

Para mahasiswa diberi kesempatan berpendapat dan bertanya mengenai konstruksi identitas dan kewargaan berbasis kehidupan dan kematian. Dalam diskusi diberikan ilustrasi tentang pergeseran pengertian dan model perang dari model konvensional kepada perang wacana, seperti narasi perang terhadap kemiskinan, perang terhadap teror atau perang terhadap virus.     

Refensi Pembelajaran

  1. Michel Foucoult, The Birth of Biopolitics. New York: Palgrave Macmillan,  2008

 The Subject and Power, 1982 (identitas dan kewargaan menjadi garapan biopolitik neoliberal melalui rasionalitas, strategi, taktik dan mekanisme pelembagaan (disciplinary society) dan individualisasi atau penubuhan pikiran ke dalam tindakan (hermeneutics of self, performativity)   

  • Judith Butler, Frames of War. When is Life Grievable. London: Verso, 2009 (identitas dan kewargaan tergarap dalam biopolitik neoliberal melalui konstruksi tentang tubuh, bahasa, dan tindakan sekaligus dinegosiasikan oleh individu atau kelompok tertentu dengan tindakan perlawanan dari dalam parameter biopolitik yang tidak pernah stabil itu (precarity, performativity)
  • Giorgio Agamben, Homo Sacer: Sovereign Power and Bare Life. Stanford: Stanford University Press, 1998 (identitas dan kewargaan dikonstruksi dalam cara kerja biopolitik yang menciptakan kedaruratan yang permanen, war as rule of life, yang mengondisikan individu dan komunitas bisa dikurbankan sekaligus tidak anggap sakral, untuk menegaskan kemutlakan kuasa biopolitik tertentu, dalam hal ini kuasa biopolitik neoliberal)     

Sesi II: Pandemi, Teknologi dan biopolitik

Sesi ini diawali dengan pertanyaan lanjutan sesi sebelumnya: bagaimana ‘krisis’ atau ‘bencana’ menjadi basis epistemologi baru bagi neoliberalisme mengonstruksi identitas dan kewargaan global dengan eksperimentasi nasional dan lokal

Dalam sesi ini, para mahasiswa diajak mempelajari pandemi Covid-19 sebagai persoalan biopolitik. Sebagai soal biopolitik, di dalamnya diproduksi narasi tentang kehidupan dan kematian, yang bekerja melalui kebijakan global dan eksperimentasi kebijakan nasional-lokal dengan konsekuensi memproduksi ‘identitas’ dan ‘kewargaan’ yang berbeda atau bergeser. Bahwa krisis kesehatan telah berkembang menjadi momen dislokasi identitas yang menghadirkan negosiasi antar individu, antar komunitas dan juga antara kelompok masyarakat dan negara. 

Para mahasiswa diajak memeriksa peran teknologi dalam konstruksi baru biopolitik bencana (krisis kesehatan global), apakah sebatas instrumen atau telah memainkan peran penentu kehidupan dan kematian dalam masyarakat sosial-ekonomi digital pasca-modern. Di sana diperiksa bagaimana masyarakat atau kelompok terdampak bernegosiasi dengan proses dehumanisasi dan derealisasi yang membuat mereka rentan menjadi ancaman eksistensial bagi orang lain atau kelompok warga yang tak berguna (class of irrelevance) dalam masyarakat ‘normalitas baru’.  Narasi resiliensi dan kerentanan diproblematisasi dalam sesi ini.  

Sesi ini ditutup dengan penugasan kelompok, review 2 clip video, terkait pandemi Covid-19. Hasil review kelompok dipresentasikan dan didiskusikan pada sesi berikutnya.

Referensi Pembelajaran (Idem)

(Tambahan referensi mengenai sosiologi tubuh) 

Simon J Williams dan Gillian Bendelow, The Lived Body: Sociological Themes, Embodied Issues. London: Routledge, 1998  

Judith Butler dan Athena Athanasiou, Dispossesion: the Performative in the Political. Cambridge: Polity Press, 2013

Sesi 12: Presentasi Hasil Review dan Diskusi Kelompok

Sesi 13: Identitas & Kewargaan dalam Analisis Demokrasi Radikal I    

Sesi ini dirumuskan dalam pertanyaan pokok: bagaimana identitas dan kewargaan dapat menjadi kekuatan demokratis yang memecahkan kebuntuan identitas dan membangun demos lintas-identitas untu keadilan dan kesetaraan?

Pada sesi ini, para mahasiswa bertemu dengan persoalan dan tantangan bagaimana baiknya membahas identitas dan kewargaan sebagai agensi politik, sebagai cara dan proses artikulasi diri dan kelompok, baik dalam konteks pertarungan ekonomi-politik, konteks poskolonial-dekolonial dan konteks biopolitik kontemporer. Analisis Demokrasi Radikal diperkenalkan untuk memampukan mahasiswa menemukan kerentanan kekuasaan, keterbatasan artikulasi identitas yang partikular dan kewargaan multikultural liberal dan membayangkan model advokasi yang lintas-sektor ekopol dan lintas penanda partikular.

Untuk mendalami analisis ini, mahasiswa dibekali dengan konsep-konsep kunci seperti hegemoni, antagonisme, politisasi-depolitisasi identitas, kewargaan multikultural dan populisme. Pembahasan konseptual ini dimulai dengan menerangkan peta teori demokrasi yang berkembang khususnya dalam khasanah sosiologi politik. Dalam peta tersebut akan diperlihatkan posisi teoritis Demokrasi Radikal sebagai respon terhadap teori-teori demokrasi dalam rumpun liberalisme politik. Kritik radikal terhadap liberalisme politik terletak pada penolakan atau gugatan terhadap konstruksi identitas dan kewargaan sebagai konstruksi yang utuh dan paripurna sebagai titik berangkat dan titik akhir dari percakapan politik dalam demokrasi liberal.         

Analisis Demokrasi Radikal menjadi sangat penting karena potensi liberasi dan emansipasinya. Pertama, analisis ini bertolak dari pemahaman dasar tentang struktur dan agen dalam keempat analisis identitas dan kewargaan terdahulu (ekonomi-politik, teori kritis, poskolonial-dekolonial dan biopolitik). Kedua, analisis Demokrasi Radikal membuka peluang negosiasi terhadap konstruksi hegemonik dengan menawarkan konsep kunci seperti identitas sebagai empty signifier, penanda yang tidak pernah stabil dan selalu terbuka untuk diperebutkan, dan mendorong keagenan politik yang bersifat counter-hegemoni, mencari landasan perjuangan bersama (isu bersama) di antara identitas partikular yang terdampak oleh kuasa ekonomi-politik dan biopolitik tertentu.          

Dengan dipakainya analisis ini maka para mahasiswa atau para penstudi demokrasi tidak semata berkutat pada perjuangan satu kelompok identitas dan kewargaan tertentu tetapi mendorong pencarian titik temu membentuk kekuatan bersama melawan kecenderungan kuasa neoliberal dan biopolitik yang merayakan keragaman, fragmentasi dan polarisasi—divide & ruleyangmemproduksi subyekdepolitisasi yang asertif, narsisme kelompok, masyarakattontonan dan menguatnya negara sebagai produsen narasi kesejahteraan, keamanan dan kebebasan. Unit analisis dari Demokrasi Radikal mencakup artikulasi kolektif atas tubuh, gender, kelas ekonomi, komunitas keagamaan, sampai pada gerakan antar identitas partikular yang berdimensi transnasional.                 

Referensi Pembelajaran

  1. Ernesto Laclau, On Populist Reason. London: Verso, 2007; Ref. Ernesto Laclau,  Emancipation(s). London: Verso, 2007 (identitas dan kewargaan dibahas melalui konsep tentang antagonisme atau musuh bersama, Demos, populisme dan konstruksi tentang ‘People’, rakyat sebagai penanda kosong bagi beragam kelompok identitas)  
  • Chantal Mouffe, Democratic Paradox. London: Verso, 2000 (identitas selalu tidak bisa diseragamkan, berlaku sebagai ontologi sosial, dikondisikan oleh proses sosial, ekonomi dan politik; diperlukan konsep agonisme yaitu pemahaman musuh dan kawan diganti kawan dan lawan yang absah, yang membuka ruang perjumpaan dan pencarian titik temu—menolak fiksasi identitas musuh dan sekutu dalam tradisi politik liberal)    
  • Vandana Shiva, Earth Democracy: Justice, Sustainability and Peace. London: Zed Books, 2005 (identitas dan kewargaan dikonstruksi berbasis kesamaan nasib spesies manusia dalam ekosistem kehidupan bumi, sebagai perlawanan kolektif terhadap dominasi dan hegemoni kekuatan tentakel transnasional yang mengendalikan imperium demokrasi liberal—Amerika Serikat dan Eropa)  
  • Armatya Sen, Violence: Identity & Violence, The Illusion of Destiny. Penguin Books, 2007 (identitas dan kewargaan dalam proyek multikulturalisme neoliberal selama dua dekade GWOT (Global War on Terror), memperoduksi ‘pluralmonoculture’, keragaman budaya yang tak berjumpa dan tak saling belajar, berpotensi  memicu kekerasan komunal dalam masyarakat perkotaan)
  • Francis Fukuyama,  Identity: The Demand for Dignity and the Politics of Resentiment. Palgrave Macmillan,  2018

(buku ini dipakai sebagai perbandingan, mencerminkan pandangan politik neoliberal yang memandang identitas dan kewargaan sebagai suatu konstruksi kultural yang final; gerakan populis dianggap sebagai kelalaian negara, tidak dipahami sebagai keagenan politik kelas pekerja bersama kelompok identitas lainnya)   

Sesi `14: Identitas & Kewargaan dalam Analisis Demokrasi Radikal II

+ Rangkuman Keseluruhan Materi Perkuliahan     

Pustaka Perkuliahan

Engin F. Isin dan Bryan Turner (eds), Handbook of Citizenship Studies. London: Sage Publication,  2002

Engin F. Isin dan Patricia K. Woods, Citizenship and Identity. London: Sage Publication, 1999

Engin F. Isin dan Greg M. Nielsen (eds), Acts of Citizenship.  New York: Zed Books, 2008  

Aihwa Ong, Flexible Citizenship, Cultural Logics of Transnationality. London: Duke University Press, 1999

Simon Susen, Sociology in the Twenty First Century: Key Trends, Debates and Challenges. London: Palgrave Macmiilan, 2020

Anthony Giddens, Politics, Sociology and Social Theory. Encounters with Classical and Contemporary Social Thought. Stanford: Standford University Press, 1995

Ernesto Laclau, On Populist Reason. London: Verso, 2007

Ernesto Laclau,  Emancipation(s). London: Verso, 2007

Simon J Williams dan Gillian Bendelow, The Lived Body: Sociological Themes, Embodied Issues. London: Routledge, 1998  

Judith Butler dan Athena Athanasiou, Dispossesion: the Performative in the Political. Cambridge: Polity Press, 2013

Michel Foucoult, The Birth of Biopolitics. New York: Palgrave Macmillan,  2008

Giorgio Agamben, Homo Sacer: Sovereign Power and Bare Life. Stanford: Stanford University Press, 1998

Judith Butler, Frames of War. When is Life Grievable. London: Verso, 2009

Francis Fukuyama,  Identity: The Demand for Dignity and the Politics of Resentiment. Palgrave Macmillan,  2018

Armatya Sen, Violence: Identity & Violence, The Illusion of Destiny. Penguin Books, 2007

Vandana Shiva, Earth Democracy: Justice, Sustainability and Peace. London: Zed Books, 2005

Chantal Mouffe, Democratic Paradox. London: Verso, 2000

Arturo Escobar, Territories of Difference: Place, Movement, Life, Redes. London: Duke University Press, 2008

Mahmood Mamdani, Define and Rule. Native as Political Identity. Cambridge: Harvard University Press, 2012

Ilan Kapoor, Postcolonial Politics of Development. New York: Routledge, 2008

Partha Chatterjee, The Politics of the Governed. Reflections on Popular Politics in Most of the World. New York: Columbia University Press, 2004 

Jacques Derrida, Of Grammatology. Baltimore: The John Hopkins University Press, 1997

Edward Said, Orientalism. London: Penguin Books, 2003

Homi Bhaba, Location of Culture. London: Routledge, 1994

Franz  Fanon, Black Skin, White Mask. London: Pluto Press, 1967

Hamid Dabashi, Brown Skin, White Mask. London: Pluto Press,  2011

Gurminder Chambra, Postcolonial and Decolonial Dialoque, 2014

Max Horkheimer dan Theodor Adorno, Dialectic of Engligtenmnent. Stanford: Stanford University Press, 2002

Herbert Marcuse,  One-Dimensional Man: Studies in the Ideology of Advanced Industrial Society. Beacon Press, 1991

Pierre Bourdieu, Language and Symbolic Power. Cambridge: Polity Press, 1991

Pierre Bourdieu. Distinction. A Social Critique of the Judgement of Taste. New York: Routledge, 1996

Jean Baudrillard, For a Critique of the Political Economy of the Sign. St. Louis: Telos Press, 1981

Guy Debord, Society of Spectacle. London: Rebel Press, 2002

Antonio Negri dan Michael Hardt, Empire. Cambridge: Harvard University Press, 2000

Michel Chossudovsky, The Globalization of Poverty and the New World Order. Quebec: Global Research, 2003

Max Weber, Protestan Ethic and the Spirit of Capitalism. London: Routledge, 2005.)    

Ulrich Beck, Risk Society: Towards a New Modernity. London: Sage Publication, 1992

Guy Standing, The Precariat: The New Dangerous Class. London: Bloomsbury Academic, 2011

Karl Marx, The Communist Manifesto. London: Pluto Press, 2008 

Karl Marx, Das Capital Vol I. Middlesex: Penguin Books,1976