Pilpres 2024: Politik Populisme Indonesia

Peneliti: Arie Sudjito dan Frans Djalong. Penelitian tentang demokrasi dan populisme selama periode Pilpres 2023-2024, kolaborasi dalam research Project “Populisms, Digital Technologies and the 2024 Elections in Indonesia” dan presentasi research paper draft dalam International Conference, Alfred Deacin Institute

Penelitian melacak artikulasi populisme dari ketiga pasangan capres dan cawapres. Menggunakan pendekatan hegemomi dan counter-hegemoni Laclau Mouffe (On Populist Reason, 2005, Hegemony and Socialist Strategy, 1985; For A Left Populism, 2019), studi ini bergerak dari merumuskan dua wacana yang bertarung: Keberlanjutan dan Perubahan. Studi ini memiliki tiga tujuan utama. Pertama, mendeteksi transformasi politik populisme di Indonesia dari Pilprel 2014, Pilpres 2019 sampai Pilpres 2024. Ketiga, memperlihatkan pola terbangunnya aliansi politik antara parpol pengusung dan gerakan masyarakat sipil Kedua, mengoreksi kecenderungan kajian populisme dominan yang fokus pada aktor, gerakan dan ideologi dengan mengabaikan pentingnya mempelajari formasi diskursus dari politik populisme.

Dengan itu, tujuan pertama bermaksud membuat penilaian kualitatif berbeda tentang tinggi-rendahnya praktek demokrasi elektoral terkini. tujuan kedua sangat penting untuk memperlihatkan kekuatan dan kerentanan dalam aliansi parpol pengusung dan elemen-elemen gerakan masyarakat sipil. Sementara tujuan kedua bermaksud mendorong kajian populisme berkontribusi terhadap penguatan gerakan masyarakat sipil dan pembentukan blok lintas-kelas yang berorientasi politik counter-hegemoni.

Diharapkan studi populisme di Indonesia keluar dari jebakan metanarasi ‘otoritarianisme versus demokrasi’ dan kembali menggarap orientasi studi populisme yang dihubungkan dengan tradisi kajian Politik Transformatif yang telah digagas sejak satu dekade lalu melalui studi berkala ‘Power, Welfare and Democracy’ (lihat, Kristian Stokke & Olle Tornquist (eds), Democratization in the Global South: The Importance of Transformative Politics, 2013) dan tradisi terkini studi politik kekuatan produktif (kelas pekerja, petani, masyarakat adat) yang dikembangkan dalam Politik Progresif (lihat, Thushara Dibley & Michele Ford (eds), Activists in Transition: Progressive Politics in Democratic Indonesia, 2019).